REPUBLIK INDONESIA
Etimologi
Kata "Indonesia" berasal dari kata dalam bahasa Latin yaitu Indus yang berarti "Hindia" dan kata dalam bahasa Yunani nesos yang berarti "pulau".[9] Jadi, kata Indonesia berarti wilayah
Hindia kepulauan, atau kepulauan yang berada di Hindia, yang
menunjukkan bahwa nama ini terbentuk jauh sebelum Indonesia menjadi
negara berdaulat.[10] Pada tahun 1850, George Earl, seorang etnolog berkebangsaan Inggris, awalnya mengusulkan istilah Indunesia dan Malayunesia untuk penduduk "Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu".[11] Murid dari Earl, James Richardson Logan, menggunakan kata Indonesia sebagai sinonim dari Kepulauan India.[12] Namun, penulisan akademik Belanda di media Hindia-Belanda tidak menggunakan kata Indonesia, tetapi istilah Kepulauan Melayu (Maleische Archipel); Hindia Timur Belanda (Nederlandsch Oost Indiƫ), atau Hindia (Indiƫ); Timur (de Oost); dan bahkan Insulinde (istilah ini diperkenalkan tahun 1860 dalam novel Max Havelaar (1859), ditulis oleh Multatuli, mengenai kritik terhadap kolonialisme Belanda).[7]
Sejak tahun 1900, nama Indonesia menjadi lebih umum pada lingkungan
akademik di luar Belanda, dan golongan nasionalis Indonesia
menggunakannya untuk ekspresi politik.[7] Adolf Bastian dari Universitas Berlin memasyarakatkan nama ini melalui buku Indonesien oder die Inseln des Malayischen Archipels, 1884–1894. Pelajar Indonesia pertama yang menggunakannya ialah Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara), yaitu ketika ia mendirikan kantor berita di Belanda yang bernama Indonesisch Pers Bureau pada tahun 1913.[10]
Sejarah
Sejarah awal
Peninggalan fosil-fosil Homo erectus, yang oleh antropolog juga dijuluki "Manusia Jawa", menimbulkan dugaan bahwa kepulauan Indonesia telah mulai berpenghuni pada antara dua juta sampai 500.000 tahun yang lalu.[13] Bangsa Austronesia, yang membentuk mayoritas penduduk pada saat ini, bermigrasi ke Asia Tenggara dari Taiwan. Mereka tiba di sekitar 2000 SM, dan menyebabkan bangsa Melanesia yang telah ada lebih dahulu di sana terdesak ke wilayah-wilayah yang jauh di timur kepulauan.[14] Kondisi tempat yang ideal bagi pertanian, dan penguasaan atas cara bercocok tanam padi setidaknya sejak abad ke-8 SM,[15]
menyebabkan banyak perkampungan, kota, dan kerajaan-kerajaan kecil
tumbuh berkembang dengan baik pada abad pertama masehi. Selain itu,
Indonesia yang terletak di jalur perdagangan laut internasional dan
antar pulau, telah menjadi jalur pelayaran antara India dan Cina selama
beberapa abad.[16] Sejarah Indonesia selanjutnya mengalami banyak sekali pengaruh dari kegiatan perdagangan tersebut.[17]
Di bawah pengaruh agama Hindu dan Buddha, beberapa kerajaan terbentuk di pulau Kalimantan, Sumatra, dan Jawa sejak abad ke-4 hingga abad ke-14. Kutai, merupakan kerajaan tertua di Nusantara yang berdiri pada abad ke-4 di hulu sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Di wilayah barat pulau Jawa, pada abad ke-4 hingga abad ke-7 M berdiri kerajaan Tarumanegara. Pemerintahan Tarumanagara dilanjutkan oleh Kerajaan Sunda dari tahun 669 M sampai 1579 M. Pada abad ke-7 muncul kerajaan Malayu yang berpusat di Jambi, Sumatera. Sriwijaya
mengalahkan Malayu dan muncul sebagai kerajaan maritim yang paling
perkasa di Nusantara. Wilayah kekuasaannya meliputi Sumatera, Jawa,
semenanjung Melayu, sekaligus mengontrol perdagangan di Selat Malaka,
Selat Sunda, dan Laut Cina Selatan.[18] Di bawah pengaruh Sriwijaya, antara abad ke-8 dan ke-10 wangsa Syailendra dan Sanjaya berhasil mengembangkan kerajaan-kerajaan berbasis agrikultur di Jawa, dengan peninggalan bersejarahnya seperti candi Borobudur dan candi Prambanan. Di akhir abad ke-13, Majapahit berdiri di bagian timur pulau Jawa. Di bawah pimpinan mahapatih Gajah Mada,
kekuasaannya meluas sampai hampir meliputi wilayah Indonesia kini; dan
sering disebut "Zaman Keemasan" dalam sejarah Indonesia.[19]
Kedatangan pedagang-pedagang Arab dan Persia melalui Gujarat, India, kemudian membawa agama Islam. Selain itu pelaut-pelaut Tiongkok yang dipimpin oleh Laksamana Cheng Ho (Zheng He) yang beragama Islam, juga pernah menyinggahi wilayah ini pada awal abad ke-15.[20] Para pedagang-pedagang ini juga menyebarkan agama Islam di beberapa wilayah Nusantara. Samudera Pasai yang berdiri pada tahun 1267, merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia.
Kolonialisme
Indonesia juga merupakan negara yang dijajah oleh banyak negara Eropa dan juga Asia,
itu disebabkan Indonesia sejak zaman dahulu merupakan negara yang kaya
akan hasil alamnya yang melimpah, hingga membuat negara-negara Eropa
tergiur untuk menjajah dan bermaksud menguasai sumber daya alamnya
untuk pemasukan bagi negaranya, Negara-negara yang pernah menjajah
diantaranya adalah;
- Portugis pada tahun 1509, hanya Maluku, lalu berhasil diusir pada pada tahun 1595
- Spanyol pada tahun 1521, hanya Sulawesi Utara, tetapi berhasil diusir pada tahun 1692.
- Belanda pada tahun 1602, seluruh wilayah Indonesia.
- Perancis secara tidak langsung menguasai Jawa pada periode 1806-1811 karena Kerajaan Belanda takluk kepada kekuatan Perancis. Ketika Louis Bonaparte adik Napoleon Bonaparte naik takhta Belanda pada tahun 1806, maka secara otomatis jajahan Belanda jatuh ke tangan Perancis. Periode ini berlangsung pada pemerintahan Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels pada tahun 1808-1811. Berakhir pada tahun 1811 ketika Inggris mengalahkan kekuatan Belanda-Perancis di pulau Jawa.
- Inggris pada tahun 1811, sejak ditandatanganinya Kapitulasi Tungtang yang salah satunya berisi penyerahan Pulau Jawa dari Belanda kepada Inggris, Pada tahun 1814 dilakukanlah Konvensi London yang isinya pemerintah Belanda berkuasa kembali atas wilayah jajahan Inggris di Indonesia. Lalu baru pada tahun 1816, pemerintahan Inggris di Indonesia secara resmi berakhir..
- Jepang pada tahun 1942, hanya 3,5 tahun, dan berakhir pada tahun 1945, sejak kekalahan Jepang kepada sekutu.
Ketika orang-orang Eropa datang pada awal abad ke-16,
mereka menemukan beberapa kerajaan yang dengan mudah dapat mereka
kuasai demi mendominasi perdagangan rempah-rempah. Portugis pertama kali
mendarat di dua pelabuhan Kerajaan Sunda yaitu Banten dan Sunda Kelapa, tapi dapat diusir dan bergerak ke arah timur dan menguasai Maluku. Pada abad ke-17, Belanda muncul sebagai yang terkuat di antara negara-negara Eropa lainnya, mengalahkan Britania Raya dan Portugal (kecuali untuk koloni mereka, Timor Portugis). Pada masa itulah agama Kristen masuk ke Indonesia sebagai salah satu misi imperialisme lama yang dikenal sebagai 3G, yaitu Gold, Glory, and Gospel.[21] Belanda menguasai Indonesia sebagai koloni hingga Perang Dunia II, awalnya melalui VOC, dan kemudian langsung oleh pemerintah Belanda sejak awal abad ke-19.
Di bawah sistem Cultuurstelsel (Sistem Penanaman)
pada abad ke-19, perkebunan besar dan penanaman paksa dilaksanakan di
Jawa, akhirnya menghasilkan keuntungan bagi Belanda yang tidak dapat
dihasilkan VOC. Pada masa pemerintahan kolonial yang lebih bebas setelah
1870, sistem ini dihapus. Setelah 1901 pihak Belanda memperkenalkan Kebijakan Beretika,[22] yang termasuk reformasi politik yang terbatas dan investasi yang lebih besar di Hindia-Belanda.
Pada masa Perang Dunia II, sewaktu Belanda dijajah oleh Jerman, Jepang
menguasai Indonesia. Setelah mendapatkan Indonesia pada tahun 1942,
Jepang melihat bahwa para pejuang Indonesia merupakan rekan perdagangan
yang kooperatif dan bersedia mengerahkan prajurit bila diperlukan. Soekarno, Mohammad Hatta, KH. Mas Mansur, dan Ki Hajar Dewantara diberikan penghargaan oleh Kaisar Jepang pada tahun 1943.
Indonesia merdeka
Pada Maret 1945 Jepang membentuk sebuah komite untuk kemerdekaan Indonesia. Setelah perang Pasifik berakhir pada tahun 1945, di bawah tekanan organisasi pemuda, Soekarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 yang pada saat itu sedang bulan Ramadhan. Setelah kemerdekaan, tiga pendiri bangsa yakni Soekarno, Mohammad Hatta, dan Sutan Sjahrir masing-masing menjabat sebagai presiden, wakil presiden, dan perdana menteri. Dalam usaha untuk menguasai kembali Indonesia, Belanda mengirimkan pasukan mereka.
Usaha-usaha berdarah untuk meredam pergerakan kemerdekaan ini kemudian dikenal oleh orang Belanda sebagai 'aksi kepolisian' (Politionele Actie), atau dikenal oleh orang Indonesia sebagai Agresi Militer.[23] Belanda akhirnya menerima hak Indonesia untuk merdeka pada 27 Desember 1949 sebagai negara federal yang disebut Republik Indonesia Serikat setelah mendapat tekanan yang kuat dari kalangan internasional, terutama Amerika Serikat. Mosi Integral Natsir
pada tanggal 17 Agustus 1950, menyerukan kembalinya negara kesatuan
Republik Indonesia dan membubarkan Republik Indonesia Serikat. Soekarno
kembali menjadi presiden dengan Mohammad Hatta sebagai wakil presiden
dan Mohammad Natsir sebagai perdana menteri.
Pada tahun 1950-an dan 1960-an, pemerintahan Soekarno mulai mengikuti sekaligus merintis gerakan non-blok pada awalnya, kemudian menjadi lebih dekat dengan blok sosialis, misalnya Republik Rakyat Cina dan Yugoslavia. Tahun 1960-an menjadi saksi terjadinya konfrontasi militer terhadap negara tetangga, Malaysia ("Konfrontasi"),[24] dan ketidakpuasan terhadap kesulitan ekonomi yang semakin besar. Selanjutnya pada tahun 1965 meletus kejadian G30S yang menyebabkan kematian 6 orang jenderal dan sejumlah perwira menengah lainnya. Muncul kekuatan baru yang menyebut dirinya Orde Baru yang segera menuduh Partai Komunis Indonesia
sebagai otak di belakang kejadian ini dan bermaksud menggulingkan
pemerintahan yang sah serta mengganti ideologi nasional menjadi
berdasarkan paham sosialis-komunis. Tuduhan ini sekaligus dijadikan alasan untuk menggantikan pemerintahan lama di bawah Presiden Soekarno.
Jenderal Soeharto menjadi presiden pada tahun 1967 dengan alasan untuk mengamankan negara dari ancaman komunisme.
Sementara itu kondisi fisik Soekarno sendiri semakin melemah. Setelah
Soeharto berkuasa, ratusan ribu warga Indonesia yang dicurigai terlibat
pihak komunis dibunuh, sementara masih banyak lagi warga Indonesia yang
sedang berada di luar negeri, tidak berani kembali ke tanah air, dan
akhirnya dicabut kewarganegaraannya. Tiga puluh dua tahun masa kekuasaan Soeharto dinamakan Orde Baru, sementara masa pemerintahan Soekarno disebut Orde Lama.
Soeharto menerapkan ekonomi neoliberal dan berhasil mendatangkan investasi luar negeri yang besar untuk masuk ke Indonesia dan menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang besar, meski tidak merata. Pada awal rezim Orde Baru kebijakan ekomomi Indonesia disusun oleh sekelompok ekonom lulusan Departemen Ekonomi Universitas California, Berkeley, yang dipanggil "Mafia Berkeley".[25] Namun, Soeharto menambah kekayaannya dan keluarganya melalui praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme yang meluas dan dia akhirnya dipaksa turun dari jabatannya setelah aksi demonstrasi besar-besaran dan kondisi ekonomi negara yang memburuk pada tahun 1998.
Dari 1998 hingga 2001, Indonesia mempunyai tiga presiden: Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie, Abdurrahman Wahid dan Megawati Sukarnoputri. Pada tahun 2004 pemilu satu hari terbesar di dunia[26] diadakan dan dimenangkan oleh Susilo Bambang Yudhoyono.
Indonesia kini sedang mengalami masalah-masalah ekonomi, politik dan pertikaian bernuansa agama di dalam negeri, dan beberapa daerah berusaha untuk mendapatkan kemerdekaan, terutama Papua. Timor Timur akhirnya resmi memisahkan diri pada tahun 1999 setelah 24 tahun bersatu dengan Indonesia dan 3 tahun di bawah administrasi PBB menjadi negara Timor Leste.
Pada Desember 2004 dan Maret 2005, Aceh dan Nias dilanda dua gempa bumi besar yang totalnya menewaskan ratusan ribu jiwa. (Lihat Gempa bumi Samudra Hindia 2004 dan Gempa bumi Sumatra Maret 2005.) Kejadian ini disusul oleh gempa bumi di Yogyakarta dan tsunami yang menghantam Pantai Pangandaran dan sekitarnya, serta banjir lumpur di Sidoarjo pada 2006 yang tidak kunjung terpecahkan.
Politik dan pemerintahan
Indonesia menjalankan pemerintahan republik presidensial multipartai yang demokratis. Seperti juga di negara-negara demokrasi lainnya, sistem politik di Indonesia didasarkan pada Trias Politika yaitu kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif. Kekuasaan legislatif dipegang oleh sebuah lembaga bernama Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).
MPR pernah menjadi lembaga tertinggi negara unikameral, namun setelah amandemen ke-4 MPR bukanlah lembaga tertinggi lagi, dan komposisi keanggotaannya juga berubah. MPR setelah amandemen UUD 1945, yaitu sejak 2004 menjelma menjadi lembaga bikameral yang terdiri dari 560 anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang merupakan wakil rakyat melalui Partai Politik, ditambah dengan 132 anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) yang merupakan wakil provinsi dari jalur independen.[27] Anggota DPR dan DPD dipilih melalui pemilu dan dilantik untuk masa jabatan lima tahun. Sebelumnya, anggota MPR adalah seluruh anggota DPR ditambah utusan golongan dan TNI/Polri. MPR saat ini diketuai oleh Taufiq Kiemas. DPR saat ini diketuai oleh Marzuki Alie, sedangkan DPD saat ini diketuai oleh Irman Gusman.
Lembaga eksekutif berpusat pada presiden, wakil presiden, dan kabinet. Kabinet di Indonesia adalah Kabinet Presidensial
sehingga para menteri bertanggung jawab kepada presiden dan tidak
mewakili partai politik yang ada di parlemen. Meskipun demikian,
Presiden saat ini yakni Susilo Bambang Yudhoyono yang diusung oleh Partai Demokrat juga menunjuk sejumlah pemimpin Partai Politik
untuk duduk di kabinetnya. Tujuannya untuk menjaga stabilitas
pemerintahan mengingat kuatnya posisi lembaga legislatif di Indonesia.
Namun pos-pos penting dan strategis umumnya diisi oleh menteri tanpa
portofolio partai (berasal dari seseorang yang dianggap ahli dalam
bidangnya).
Lembaga Yudikatif sejak masa reformasi dan adanya amandemen UUD 1945 dijalankan oleh Mahkamah Agung, Komisi Yudisial, dan Mahkamah Konstitusi, termasuk pengaturan administrasi para hakim. Meskipun demikian keberadaan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia tetap dipertahankan.
Pembagian administratif
Aceh
Sumatera
Utara
Utara
Sumatera
Barat
Barat
Riau
Kep.
Riau
Riau
Kep. Bangka
Belitung
Belitung
Jambi
Sumatera
Selatan
Selatan
Bengkulu
Lampung
Banten
DKI Jakarta
Jawa
Barat
Barat
Jawa
Tengah
Tengah
DI Yogyakarta
Jawa
Timur
Timur
Bali
Nusa Tenggara
Barat
Barat
Nusa Tenggara
Timur
Timur
Kalimantan
Barat
Barat
Kalimantan
Tengah
Tengah
Kalimantan
Timur
Timur
Kalimantan
Selatan
Selatan
Sulawesi
Utara
Utara
Maluku
Utara
Utara
Sulawesi
Tengah
Tengah
Gorontalo
Sulawesi
Barat
Barat
Sulawesi
Selatan
Selatan
Sulawesi
Tenggara
Tenggara
Maluku
Papua
Barat
Barat
Papua
Indonesia saat ini terdiri dari 33 provinsi, lima di antaranya memiliki status yang berbeda. Provinsi dibagi menjadi 399 kabupaten dan 98 kota yang dibagi lagi menjadi kecamatan dan lagi menjadi kelurahan, desa, gampong, kampung, nagari, pekon, atau istilah lain yang diakomodasi oleh Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Tiap provinsi memiliki DPRD Provinsi dan gubernur; sementara kabupaten memiliki DPRD Kabupaten dan bupati; kemudian kota memiliki DPRD Kota dan wali kota; semuanya dipilih langsung oleh rakyat melalui Pemilu dan Pilkada.
Bagaimanapun di Jakarta tidak terdapat DPR Kabupaten atau Kota, karena
Kabupaten Administrasi dan Kota Administrasi di Jakarta bukanlah daerah
otonom.
Provinsi Aceh, Daerah Istimewa Yogyakarta, Papua Barat, dan Papua
memiliki hak istimewa legislatur yang lebih besar dan tingkat otonomi
yang lebih tinggi dibandingkan provinsi lainnya. Contohnya, Aceh berhak
membentuk sistem legal sendiri; pada tahun 2003, Aceh mulai menetapkan
hukum Syariah.[28]
Yogyakarta mendapatkan status Daerah Istimewa sebagai pengakuan
terhadap peran penting Yogyakarta dalam mendukung Indonesia selama
Revolusi.[29] Provinsi Papua, sebelumnya disebut Irian Jaya, mendapat status otonomi khusus tahun 2001.[30] DKI Jakarta, adalah daerah khusus ibukota negara. Timor Portugis digabungkan ke dalam wilayah Indonesia dan menjadi provinsi Timor Timur pada 1979–1999, yang kemudian memisahkan diri melalui referendum menjadi Negara Timor Leste.[31]
- Provinsi di Indonesia dan ibukotanya
Pulau Sumatera
|
Pulau Kalimantan
Pulau Papua |
|
|||
Geografi
Lihat pula: Peta Asia dan Jumlah pulau di Indonesia
Indonesia adalah negara kepulauan di Asia Tenggara[32] yang memiliki 17.504 pulau besar dan kecil, sekitar 6.000 di antaranya tidak berpenghuni[33], yang menyebar disekitar khatulistiwa, yang memberikan cuaca tropis. Posisi Indonesia terletak pada koordinat 6°LU - 11°08'LS dan dari 95°'BT - 141°45'BT serta terletak di antara dua benua yaitu benua Asia dan benua Australia/Oseania.
Wilayah Indonesia terbentang sepanjang 3.977 mil di antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik.
Luas daratan Indonesia adalah 1.922.570 km² dan luas perairannya
3.257.483 km². Pulau terpadat penduduknya adalah pulau Jawa, dimana
setengah populasi Indonesia bermukim. Indonesia terdiri dari 5 pulau
besar, yaitu: Jawa dengan luas 132.107 km², Sumatera dengan luas 473.606 km², Kalimantan dengan luas 539.460 km², Sulawesi dengan luas 189.216 km², dan Papua dengan luas 421.981 km². Batas wilayah Indonesia diukur dari kepulauan dengan menggunakan territorial laut: 12 mil laut serta zona ekonomi eksklusif: 200 mil laut,[34] searah penjuru mata angin, yaitu:
| Utara | Negara Malaysia dengan perbatasan sepanjang 1.782 km[33], Singapura, Filipina, dan Laut Cina Selatan |
| Selatan | Negara Australia, Timor Leste, dan Samudra Indonesia |
| Barat | Samudra Indonesia |
| Timur | Negara Papua Nugini dengan perbatasan sepanjang 820 km[33], Timor Leste, dan Samudra Pasifik |
Sumber daya alam
Sumber daya alam Indonesia berupa minyak bumi, timah, gas alam, nikel, kayu, bauksit, tanah subur, batu bara, emas, dan perak dengan pembagian lahan terdiri dari tanah pertanian sebesar 10%, perkebunan sebesar 7%, padang rumput sebesar 7%, hutan dan daerah berhutan sebesar 62%, dan lainnya sebesar 14% dengan lahan irigasi seluas 45.970 km[35]
Pendidikan
Sesuai dengan konstitusi yang berlaku, yaitu berdasarkan UUD 1945 pasal 31 ayat 4 dan Undang-undang
nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, bahwa
pemerintah Indonesia baik pusat maupun daerah mesti mengalokasikan
anggaran untuk pendidikan sebesar 20% dari APBN dan APBD diluar gaji pendidik dan biaya kedinasan. Namun pada tahun 2007 alokasi yang disediakan tersebut baru sekitar 17.2 %, jauh lebih rendah dibandingkan dengan negara Malaysia, Thailand dan Filipina yang telah mengalokasikan anggaran untuk pendidikan lebih dari 28 %[36].
Ekonomi
| ██ Lebih dari Rp.100 juta ██ Rp.50 juta ++ - Rp.100 juta ██ Rp.40 juta ++ - Rp.50 juta ██ Rp.30 juta ++ - Rp.40 juta | ██ Rp.20 juta ++ - Rp.30 juta ██ Rp.10 juta ++ - Rp.20 juta ██ Rp.5 juta ++ - Rp.10 juta ██ Kurang dari Rp.5 juta |
Sistem ekonomi Indonesia awalnya didukung dengan diluncurkannya Oeang Repoeblik Indonesia (ORI) yang menjadi mata uang pertama Republik Indonesia, yang selanjutnya berganti menjadi Rupiah.
Pada masa pemerintahan Orde Lama, Indonesia tidak seutuhnya
mengadaptasi sistem ekonomi kapitalis, namun juga memadukannya dengan
nasionalisme ekonomi. Pemerintah yang belum berpengalaman, masih ikut
campur tangan ke dalam beberapa kegiatan produksi yang berpengaruh bagi
masyarakat banyak. Hal tersebut, ditambah pula kemelut politik,
mengakibatkan terjadinya ketidakstabilan pada ekonomi negara.[37]
Pemerintahaan Orde Baru segera menerapkan disiplin ekonomi yang bertujuan menekan inflasi, menstabilkan mata uang, penjadualan ulang hutang luar negeri, dan berusaha menarik bantuan dan investasi asing.[37] Pada era tahun 1970-an harga minyak bumi
yang meningkat menyebabkan melonjaknya nilai ekspor, dan memicu tingkat
pertumbuhan ekonomi rata-rata yang tinggi sebesar 7% antara tahun 1968
sampai 1981.[37]
Reformasi ekonomi lebih lanjut menjelang akhir tahun 1980-an, antara
lain berupa deregulasi sektor keuangan dan pelemahan nilai rupiah yang
terkendali,[37]
selanjutnya mengalirkan investasi asing ke Indonesia khususnya pada
industri-industri berorientasi ekspor pada antara tahun 1989 sampai 1997[38] Ekonomi Indonesia mengalami kemunduran pada akhir tahun 1990-an akibat krisis ekonomi yang melanda sebagian besar Asia pada saat itu,[39] yang disertai pula berakhirnya masa Orde Baru dengan pengunduran diri Presiden Soeharto tanggal 21 Mei 1998.
Saat ini ekonomi Indonesia telah cukup stabil. Pertumbuhan PDB Indonesia tahun 2004 dan 2005 melebihi 5% dan diperkirakan akan terus berlanjut.[40] Namun demikian, dampak pertumbuhan itu belum cukup besar dalam memengaruhi tingkat pengangguran, yaitu sebesar 9,75%.[41][42] Perkiraan tahun 2006, sebanyak 17,8% masyarakat hidup di bawah garis kemiskinan, dan terdapat 49,0% masyarakat yang hidup dengan penghasilan kurang dari AS$ 2 per hari.[43]
Indonesia mempunyai sumber daya alam yang besar di luar Jawa, termasuk minyak mentah, gas alam, timah, tembaga, dan emas. Indonesia pengekspor gas alam terbesar kedua di dunia, meski akhir-akhir ini ia telah mulai menjadi pengimpor bersih minyak mentah. Hasil pertanian yang utama termasuk beras, teh, kopi, rempah-rempah, dan karet.[44] Sektor jasa adalah penyumbang terbesar PDB, yang mencapai 45,3% untuk PDB 2005. Sedangkan sektor industri menyumbang 40,7%, dan sektor pertanian menyumbang 14,0%.[45]
Meskipun demikian, sektor pertanian mempekerjakan lebih banyak orang
daripada sektor-sektor lainnya, yaitu 44,3% dari 95 juta orang tenaga
kerja. Sektor jasa mempekerjakan 36,9%, dan sisanya sektor industri
sebesar 18,8%.[46]
Rekan perdagangan terbesar Indonesia adalah Jepang, Amerika Serikat, dan negara-negara jirannya yaitu Malaysia, Singapura dan Australia.
Meski kaya akan sumber daya alam dan manusia, Indonesia masih
menghadapi masalah besar dalam bidang kemiskinan yang sebagian besar
disebabkan oleh korupsi yang merajalela dalam pemerintahan. Lembaga Transparency International menempatkan Indonesia sebagai peringkat ke-143 dari 180 negara dalam Indeks Persepsi Korupsi, yang dikeluarkannya pada tahun 2007.[47]
Peringkat internasional
| Organisasi | Nama Survey | Peringkat |
|---|---|---|
| Heritage Foundation/The Wall Street Journal | Indeks Kebebasan Ekonomi | 110 dari 157[48] |
| The Economist | Indeks Kualitas Hidup | 71 dari 111[49] |
| Reporters Without Borders | Indeks Kebebasan Pers | 103 dari 168[50] |
| Transparency International | Indeks Persepsi Korupsi | 143 dari 179[51] |
| United Nations Development Programme | Indeks Pembangunan Manusia | 108 dari 177[52] |
| Forum Ekonomi Dunia | Laporan Daya Saing Global | 51 dari 122[53] |
Demografi
Menurut sensus penduduk 2000, Indonesia memiliki populasi sekitar 206 juta,[54] dan diperkirakan pada tahun 2006 berpenduduk 222 juta.[8] 130 juta (lebih dari 50%) tinggal di Pulau Jawa yang merupakan pulau berpenduduk terbanyak sekaligus pulau dimana ibukota Jakarta berada.[55] Sebagian besar (95%) penduduk Indonesia adalah Bangsa Austronesia, dan terdapat juga kelompok-kelompok suku Melanesia, Polinesia, dan Mikronesia
terutama di Indonesia bagian Timur. Banyak penduduk Indonesia yang
menyatakan dirinya sebagai bagian dari kelompok suku yang lebih
spesifik, yang dibagi menurut bahasa dan asal daerah, misalnya Jawa, Sunda, Madura, Batak, dan Minangkabau.
Selain itu juga ada penduduk pendatang yang jumlahnya minoritas di antaranya adalah etnis Tionghoa, India, dan Arab.
Mereka sudah lama datang ke Nusantara melalui perdagangan sejak abad ke
8 M dan menetap menjadi bagian dari Nusantara. Di Indonesia terdapat
sekitar 4 juta populasi etnis Tionghoa.[56]
Angka ini berbeda-beda karena hanya pada tahun 1930 dan 2000 pemerintah
melakukan sensus dengan menggolong-golongkan masyarakat Indonesia ke
dalam suku bangsa dan keturunannya.
Islam adalah agama
mayoritas yang dipeluk oleh sekitar 85,2% penduduk Indonesia, yang
menjadikan Indonesia negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia.[44] Sisanya beragama Protestan (8,9%), Katolik (3%), Hindu (1,8%), Buddha (0,8%), dan lain-lain (0,3%). Selain agama-agama tersebut, pemerintah Indonesia juga secara resmi mengakui Konghucu.[57]
Kebanyakan penduduk Indonesia bertutur dalam bahasa daerah sebagai bahasa ibu, namun bahasa resmi negara, yaitu bahasa Indonesia, diajarkan di seluruh sekolah-sekolah di negara ini dan dikuasai oleh hampir seluruh penduduk Indonesia.
| Kota | Provinsi | Populasi | Kota | Provinsi | Populasi | |||
|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
| 1 | Jakarta | DKI Jakarta | 9.607.787 | Indonesia |
7 | Depok | Jawa Barat | 1.738.570 |
| 2 | Surabaya | Jawa Timur | 2.765.487 | 8 | Semarang | Jawa Tengah | 1.555.984 | |
| 3 | Bandung | Jawa Barat | 2.394.873 | 9 | Palembang | Sumatera Selatan | 1.455.284 | |
| 4 | Bekasi | Jawa Barat | 2.334.871 | 10 | Makassar | Sulawesi Selatan | 1.338.663 | |
| 5 | Medan | Sumatera Utara | 2.097.610 | 11 | Tangerang Selatan | Banten | 1.290.322 | |
| 6 | Tangerang | Banten | 1.798.601 | 12 | Batam | Kepulauan Riau | 1.137.894 | |
Kebudayaan
Pertunjukan
Indonesia memiliki sekitar 300 kelompok etnis, tiap etnis memiliki
warisan budaya yang berkembang selama berabad-abad, dipengaruhi oleh
kebudayaan India, Arab, Cina, Eropa, dan termasuk kebudayaan sendiri
yaitu Melayu. Contohnya tarian Jawa dan Bali tradisional memiliki aspek budaya dan mitologi Hindu, seperti wayang kulit yang menampilkan kisah-kisah tentang kejadian mitologis Hindu Ramayana dan Baratayuda. Banyak juga seni tari yang berisikan nilai-nilai Islam. Beberapa di antaranya dapat ditemukan di daerah Sumatera seperti tari RatƩb Meuseukat dan tari Seudati dari Aceh.
Seni pantun, gurindam,
dan sebagainya dari pelbagai daerah seperti pantun Melayu, dan
pantun-pantun lainnya acapkali dipergunakan dalam acara-acara tertentu
yaitu perhelatan, pentas seni, dan lain-lain.
Busana
Di bidang busana warisan budaya yang terkenal di seluruh dunia adalah kerajinan batik. Beberapa daerah yang terkenal akan industri batik meliputi Yogyakarta, Surakarta, Cirebon, Pandeglang, Garut, Tasikmalaya dan juga Pekalongan. Kerajinan batik ini pun diklaim oleh negara lain dengan industri batiknya.[58] Busana asli Indonesia dari Sabang sampai Merauke lainnya dapat dikenali dari ciri-cirinya yang dikenakan di setiap daerah antara lain baju kurung dengan songketnya dari Sumatera Barat (Minangkabau), kain ulos dari Sumatera Utara (Batak), busana kebaya, busana khas Dayak di Kalimantan, baju bodo dari Sulawesi Selatan, busana berkoteka dari Papua dan sebagainya.
Arsitektur
Arsitektur Indonesia mencerminkan keanekaragaman budaya, sejarah, dan geografi
yang membentuk Indonesia seutuhnya. Kaum penyerang, penjajah, penyebar
agama, pedagang, dan saudagar membawa perubahan budaya dengan memberi
dampak pada gaya dan teknik bangunan. Tradisionalnya, pengaruh
arsitektur asing yang paling kuat adalah dari India. Tetapi, Cina, Arab,
dan sejak abad ke-19 pengaruh Eropa menjadi cukup dominan.
Ciri khas arsitektur Indonesia kuno masih dapat dilihat melalui
rumah-rumah adat dan/atau istana-istana kerajaan dari tiap-tiap
provinsi. Taman Mini Indonesia Indah,
salah satu objek wisata di Jakarta yang menjadi miniatur Indonesia,
menampilkan keanekaragaman arsitektur Indonesia itu. Beberapa bangunan
khas Indonesia misalnya Rumah Gadang, Monumen Nasional, dan Bangunan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan di Institut Teknologi Bandung.
Olahraga
Olahraga yang paling populer di Indonesia adalah bulu tangkis dan sepak bola; Liga Super Indonesia adalah liga klub sepak bola utama di Indonesia. Olahraga tradisional termasuk sepak takraw dan karapan sapi di Madura. Di wilayah dengan sejarah perang antar suku, kontes pertarungan diadakan, seperti caci di Flores, dan pasola di Sumba. Pencak silat
adalah seni bela diri yang unik yang berasal dari wilayah Indonesia.
Seni bela diri ini kadang-kadang ditampilkan pada acara-acara
pertunjukkan yang biasanya diikuti dengan musik tradisional Indonesia
berupa gamelan
dan seni musik tradisional lainnya sesuai dengan daerah asalnya.
Olahraga di Indonesia biasanya berorientasi pada pria dan olahraga
spektator sering berhubungan dengan judi yang ilegal di Indonesia.[59]
Di ajang kompetisi multi cabang, prestasi atlet-atlet Indonesia tidak
terlalu mengesankan. Di Olimpiade, prestasi terbaik Indonesia diraih
pada saat Olimpiade 1992,
dimana Indonesia menduduki peringkat 24 dengan meraih 2 emas 2 perak
dan 1 perunggu. Pada era 1960 hingga 2000, Indonesia merajai bulu
tangkis. Atlet-atlet putra Indonesia seperti Rudi Hartono, Liem Swie King, Icuk Sugiarto, Alan Budikusuma, Ricky Subagja, dan Rexy Mainaky merajai kejuaraan-kejuaraan dunia. Rudi Hartono yang dianggap sebagai maestro bulu tangkis dunia, menjadi juara All England terbanyak sepanjang sejarah. Selain bulu tangkis, atlet-atlet tinju Indonesia juga mampu meraih gelar juara dunia, seperti Elyas Pical, Nico Thomas[60], dan Chris John.[61]
Seni musik
Seni musik di Indonesia, baik tradisional maupun modern sangat banyak terbentang dari Sabang hingga Merauke. Setiap provinsi di Indonesia memiliki musik tradisional dengan ciri khasnya tersendiri. Musik tradisional termasuk juga keroncong yang berasal dari keturunan Portugis di daerah Tugu, Jakarta,[62]
yang dikenal oleh semua rakyat Indonesia bahkan hingga ke mancanegara.
Ada juga musik yang merakyat di Indonesia yang dikenal dengan nama dangdut
yaitu musik beraliran Melayu modern yang dipengaruhi oleh musik India
sehingga musik dangdut ini sangat berbeda dengan musik tradisional
Melayu yang sebenarnya, seperti musik Melayu Deli, Melayu Riau, dan
sebagainya.
Alat musik tradisional yang merupakan alat musik khas Indonesia
memiliki banyak ragam dari pelbagai daerah di Indonesia, namun banyak
pula dari alat musik tradisional Indonesia 'dicuri' oleh negara lain[63] untuk kepentingan penambahan budaya dan seni musiknya sendiri dengan mematenkan hak cipta seni budaya dari Indonesia. Alat musik tradisional Indonesia antara lain meliputi:
|
|
|
|
Boga
Masakan Indonesia bervariasi bergantung pada wilayahnya.[64] Nasi adalah makanan pokok dan dihidangkan dengan lauk daging dan sayur. Bumbu (terutama cabai), santan, ikan, dan ayam adalah bahan yang penting.[65]
Sepanjang sejarah, Indonesia telah menjadi tempat perdagangan antara
dua benua. Ini menyebabkan terbawanya banyak bumbu, bahan makanan dan
teknik memasak dari bangsa Melayu sendiri, India, Timur tengah, Tionghoa, dan Eropa.
Semua ini bercampur dengan ciri khas makanan Indonesia tradisional,
menghasilkan banyak keanekaragaman yang tidak ditemukan di daerah lain.
Bahkan bangsa Spanyol dan Portugis, telah mendahului bangsa Belanda dengan membawa banyak produk dari dunia baru ke Indonesia.
Sambal, sate, bakso, soto, dan nasi goreng merupakan beberapa contoh makanan yang biasa dimakan masyarakat Indonesia setiap hari.[66] Selain disajikan di warung atau restoran,
terdapat pula aneka makanan khas Indonesia yang dijual oleh para
pedagang keliling menggunakan gerobak atau pikulan. Pedagang ini
menyajikan bubur ayam, mie ayam, mi bakso, mi goreng, nasi goreng, aneka macam soto, siomay, sate, nasi uduk, dan lain-lain.
Rumah makan Padang yang menyajikan nasi Padang, yaitu nasi disajikan bersama aneka lauk-pauk Masakan Padang, mudah ditemui di berbagai kota di Indonesia. Selain itu Warung Tegal yang menyajikan masakan Jawa khas Tegal dengan harga yang terjangkau juga tersebar luas. Nasi rames atau nasi campur yang berisi nasi beserta lauk atau sayur pilihan dijual di warung nasi di tempat-tempat umum, seperti stasiun kereta api, pasar, dan terminal bus. Di Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya dikenal nasi kucing
sebagai nasi rames yang berukuran kecil dengan harga murah, nasi kucing
sering dijual di atas angkringan, sejenis warung kaki lima. Penganan
kecil semisal kue-kue banyak dijual di pasar tradisional. Kue-kue
tersebut biasanya berbahan dasar beras, ketan, ubi kayu, ubi jalar,
terigu, atau sagu.
Perfilman
Film pertama yang diproduksi pertama kalinya di nusantara adalah film bisu tahun 1926 yang berjudul Loetoeng Kasaroeng dan dibuat oleh sutradara Belanda G. Kruger dan L. Heuveldorp pada zaman HindiaBelanda. Film ini dibuat dengan aktor lokal oleh Perusahaan Film Jawa NV di Bandung dan muncul pertama kalinya pada tanggal 31 Desember, 1926 di teater Elite and Majestic, Bandung.
Setelah itu, lebih dari 2.200 film diproduksi. Di masa awal
kemerdekaan, sineas-sineas Indonesia belum banyak bermunculan. Di antara
sineas yang ada, Usmar Ismail merupakan salah satu sutradara paling produktif, dengan film pertamanya Harta Karun
(1949). Namun kemudian film pertama yang secara resmi diakui sebagai
film pertama Indonesia sebagai negara berkedaulatan adalah film Darah dan Doa (1950) yang disutradarai Usmar Ismail. Dekade 1970 hingga 2000-an, Arizal
muncul sebagai sutradara film paling produktif. Tak kurang dari 52 buah
film dan 8 judul sinetron dengan 1.196 episode telah dihasilkannya.
Popularitas industri film Indonesia memuncak pada tahun 1980-an dan mendominasi bioskop di Indonesia,[67]
meskipun kepopulerannya berkurang pada awal tahun 1990-an. Antara tahun
2000 hingga 2005, jumlah film Indonesia yang dirilis setiap tahun
meningkat.[67] Film Laskar Pelangi (2008) yang diangkat dari novel karya Andrea Hirata menjadi film dengan pendapatan tertinggi sepanjang sejarah perfilman Indonesia saat ini.
Kesusastraan
Bukti tulisan tertua di Indonesia adalah berbagai prasasti berbahasa Sanskerta pada abad ke-5 Masehi. Figur penting dalam sastra modern Indonesia termasuk: pengarang Belanda Multatuli yang mengkritik perlakuan Belanda terhadap Indonesia selama zaman penjajahan Belanda; Muhammad Yamin dan Hamka yang merupakan penulis dan politikus pra-kemerdekaan;[68] dan Pramoedya Ananta Toer, pembuat novel Indonesia yang paling terkenal.[69] Selain novel, sastra tulis Indonesia juga berupa puisi, pantun, dan sajak. Chairil Anwar merupakan penulis puisi Indonesia yang paling ternama. Banyak orang Indonesia memiliki tradisi lisan yang kuat, yang membantu mendefinisikan dan memelihara identitas budaya mereka.[70] Kebebasan pers di Indonesia meningkat setelah berakhirnya kekuasaan Presiden Soeharto. Stasiun televisi termasuk sepuluh stasiun televisi swasta nasional, dan jaringan daerah yang bersaing dengan stasiun televisi negeri TVRI. Stasiun radio
swasta menyiarkan berita mereka dan program penyiaran asing. Dilaporkan
terdapat 20 juta pengguna internet di Indonesia pada tahun 2007.[71] Penggunaan internet terbatas pada minoritas populasi, diperkirakan sekitar 8.5%.
Lingkungan hidup
Wilayah Indonesia memiliki keanekaragaman makhluk hidup yang tinggi
sehingga oleh beberapa pihak wilayah ekologi Indonesia disebut dengan
istilah "Mega biodiversity" atau "keanekaragaman mahluk hidup yang tinggi"[72][73] umumnya dikenal sebagai Indomalaya atau Malesia
bedasarkan penelitian bahwa 10 persen tumbuhan, 12 persen mamalia, 16
persen reptil, 17 persen burung, 25 persen ikan yang ada di dunia hidup
di Indonesia, padahal luas Indonesia hanya 1,3 % dari luas Bumi.
Kekayaan makhluk hidup Indonesia menduduki peringkat ketiga setelah Brasil dan Republik Demokratik Kongo. [74]
Meskipun demikian, Guinness World Records
pada 2008 pernah mencatat rekor Indonesia sebagai negara yang paling
kencang laju kerusakan hutannya di dunia. Setiap tahun Indonesia
kehilangan hutan seluas 1,8 juta hektar. Kerusakan yang terjadi di
daerah hulu (hutan) juga turut merusak kawasan di daerah hilir
(pesisir).[75] Menurut catatan Down The Earth, proyek Asian Development Bank
(ADB) di sektor kelautan Indonesia telah memicu terjadinya alih fungsi
secara besar-besaran hutan bakau menjadi kawasan pertambakan. Padahal
hutan bakau, selain berfungsi melindungi pantai dari abrasi, merupakan
habitat yang baik bagi berbagai jenis ikan. Kehancuran hutan bakau
tersebut mengakibatkan nelayan harus mencari ikan dengan jarak semakin
jauh dan menambah biaya operasional mereka dalam mencari ikan. Selain
itu, hancurnya hutan bakau juga mengakibatkan semakin rentannya kawasan
pesisir Indonesia terhadap terjangan air pasang laut dan banjir,
terlebih di musim hujan.[76]
Lihat Pula
- Sejarah Indonesia
- Garis waktu sejarah Indonesia
- Gerakan 30 September 1965
Referensi
- ^ Jam penduduk Indonesia
- ^ "Hasil Sensus Penduduk 2010 Data Agregrat per Provinsi" (PDF). Badan Pusat Statistik. 29 September 2010. Diakses pada 21 Agustus 2010.
- ^ a b c d International Monetary Fund (November 2011). World Economic Outlook Database. Siaran pers. Diakses pada 30 November.
- ^ HDR Stats
- ^ Indonesia Daftarkan 13.487 Pulau ke PBB
- ^ "Indonesia has completed surveys on its 13,000 islands", ANTARA News Agency, 18 August 2010
- ^ a b c Justus M. van der Kroef (1951). "The Term Indonesia: Its Origin and Usage". Journal of the American Oriental Society 71 (3): 166–171. doi:.
- ^ a b Badan Pusat Statistik Indonesia (1 September 2006). Tingkat Kemiskinan di Indonesia Tahun 2005–2006 (PDF) (dalam Bahasa Indonesia). Siaran pers. Diakses pada 26 September 2006.
- ^ Tomascik, T (1996). The Ecology of the Indonesian Seas - Part One. Hong Kong: Periplus Editions Ltd.. ISBN 962-593-078-7.
- ^ a b Anshory, Irfan, "Asal Usul Nama Indonesia ", (Pikiran Rakyat), 16 Agustus 2004. Diakses pada 5 Oktober 2006.
- ^ Earl, George S. W. (1850). "On The Leading Characteristics of the Papuan, Australian and Malay-Polynesian Nations". Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA): 119.
- ^ Logan, James Richardson (1850). "The Ethnology of the Indian Archipelago: Embracing Enquiries into the Continental Relations of the Indo-Pacific Islanders". Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA): 4, 252–347.; Earl, George S. W. (1850). "On The Leading Characteristics of the Papuan, Australian and Malay-Polynesian Nations". Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA): 254, 277–278.
- ^ Pope (1988). "Recent advances in far eastern paleoanthropology". Annual Review of Anthropology 17: 43–77. doi:. cited in Whitten, T (1996). The Ecology of Java and Bali. Hong Kong: Periplus Editions Ltd. hlm. 309–312.; Pope, G (15 Agustus, 1983). "Evidence on the Age of the Asian Hominidae". Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America 80 (16): 4,988–4992. doi:. PMID 6410399. cited in Whitten, T (1996). The Ecology of Java and Bali. Hong Kong: Periplus Editions Ltd. hlm. 309.; de Vos, J.P. (9 Desember 1994). "Dating hominid sites in Indonesia" (PDF). Science Magazine 266 (16): 4, 988–4992. doi:. cited in Whitten, T (1996). The Ecology of Java and Bali. Hong Kong: Periplus Editions Ltd. hlm. 309.
- ^ Taylor (2003), hal. 5–7
- ^ Taylor, Jean Gelman. Indonesia. New Haven and London: Yale University Press. hlm. 8–9. ISBN 0-300-10518-5.
- ^ Taylor, Jean Gelman. Indonesia. New Haven and London: Yale University Press. hlm. 15–18. ISBN 0-300-10518-5.
- ^ Taylor (2003), hal. 3, 9, 10–11, 13, 14–15, 18–20, 22–23; Vickers (2005), hal. 18–20, 60, 133–134
- ^ Taylor (2003), hal. 22–26; Ricklefs (1991), hal. 3
- ^ Peter Lewis (1982). "The next great empire". Futures 14 (1): 47–61. doi:.
- ^ *Kong Yuanzhi, Muslim Tionghoa Cheng Ho, Misteri Perjalanan Muhibah di Nusantara. Penyunting: HM. Hembing Wijayakusuma. Pustaka Populer Obor, Oktober 2000, xliv + 299 halaman
- ^ Wright, Louis B. (29 September 1970). Gold, Glory, and the Gospel: The Adventurous Lives and Times of the Renaissance Explorers. New York: Atheneum.
- ^ Ricklefs, M.C. (29 September 1991). A History of Modern Indonesia since c.1300. London: MacMillan. hlm. 151. ISBN 0-33-579690-X.
- ^ ZWEERS, L. (29 September 1995). Agressi II: Operatie Kraai. De vergeten beelden van de tweede politionele actie. Den Haag: SDU uitgevers.
- ^ van der Bijl, Nick. Confrontation, The War with Indonesia 1962—1966, (London, 2007) ISBN 978-1-84415-595-8
- ^ Wibowo, Sigit, Sjarifuddin. Ekonomi Indonesia Gagal karena Mafia Berkeley, Harian Umum Sore Sinar Harapan. Copyright © Sinar Harapan 2003. Diakses: Selasa, 6 Agustus 2008.
- ^ Laporan dari Carter Center. The Carter Center 2004 Indonesia Election Report (PDF). Siaran pers. Diakses pada 29 Juli 2008.
- ^ "Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945" (dalam bahasa Indonesia) (pdf) . Diakses pada 24 Mei 2011
- ^ Michelle Ann Miller (2004). "The Nanggroe Aceh Darussalam law: a serious response to Acehnese separatism?". Asian Ethnicity 5 (3): 333–351. doi:.
- ^ Dewan Perwakilan Rakyat (1999). Bab XIV Other Provisions, Pasal 122; Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di DaerahPDF (146 ). Presiden Indonesia (1974). Bab VII Aturan Peralihan, Pasal 91
- ^ Dursin, Richel; Kafil Yamin, "Another Fine Mess in Papua ", Editorial, (The Jakarta Post), 18 November 2004. Diakses pada 5 Oktober 2006.; "Papua Chronology Confusing Signals from Jakarta ", (The Jakarta Post), 18 November 2004. Diakses pada 5 Oktober 2006.
- ^ Burr, W. (2001-12-06). "Ford and Kissinger Gave Green Light to Indonesia's Invasion of East Timor, 1975: New Documents Detail Conversations with Suharto". National Security Archive Electronic Briefing Book No. 62. National Security Archieve, Universitas George Washington, Washington, D.C.. Diakses pada 17 September 2006.
- ^ Dotinga, Harm (2000). International organizations and the law of the sea: documentary yearbook, Vol 14. Martinus Nijhoff Publishers. hlm. 960. ISBN 9041113452, 9789041113450.
- ^ a b c International Monetary Fund. Estimate World Economic Outlook Database. Siaran pers. Diakses pada 5 Oktober 2006.; "Indonesia Regions". Indonesia Business Directory. Diakses pada 24 April 2007.
- ^ Article 55, 1982 UN Convention on the Law of The Sea.
- ^ World Bank (1994). A World Bank country study Country Studies: Indonesia: environment and development. World Bank Publications. ISBN 0821329502, 9780821329504.
- ^ World Bank, (2008), Spending for development: making the most of Indonesia's new opportunities : Indonesia public expenditure review, World Bank Publications, ISBN 978-0-8213-7320-0
- ^ a b c d Schwarz, A. (1994). A Nation in Waiting: Indonesia in the 1990s. Westview Press. ISBN 1-86373-635-2, halaman 52–57.
- ^ "Indonesia: Country Brief". Indonesia:Key Development Data & Statistics. Bank Dunia. 1 September 2006.
- ^ "Poverty in Indonesia: Always with them". The Economist. 14 September 2006. Diakses pada 26 Desember 2006.
- ^ "Indonesia: Forecast". Country Briefings. The Economist. 3 Oktober 2006.
- ^ Badan Pusat Statistik Indonesia (2008-12-02). Beberapa Indikator Penting Mengenai Indonesia (PDF) (dalam Bahasa Indonesia). Siaran pers. Diakses pada 2008-03-18.
- ^ Ridwan Max Sijabat. "Unemployment still blighting the Indonesian landscape ", (The Jakarta Post), 23 Maret 2007.
- ^ Bank Dunia. Making the New Indonesia Work for the Poor - Overview (PDF). Siaran pers. Diakses pada 26 Desember 2006.
- ^ a b "Indonesia - The World Factbook".
- ^ "Official Statistics and its Development in Indonesia" (PDF). Sub Committee on Statistics: First Session 18–20 February, 2004. Economic and Social Commission for Asia & the Pacific. p. 19.
- ^ "Indonesia at a Glance" (PDF). Indonesia Development Indicators and Data. Bank Dunia. 13 Agustus 2006.
- ^ "Indeks Persepsi Korupsi". Transparency International. 29 September 2007. Diakses pada 28 September 2007.
- ^ "Index of Economic Freedom". The Heritage Foundation & The Wall Street Journal. Diakses pada 1 Juli 2008.
- ^ "The Economist Intelligence Unit’s Quality-of-Life Index" (PDF). The Economist. Diakses pada 12 September 2007.
- ^ "Worldwide Press Freedom Index 2006" (PDF). Reporters Without Borders. Diakses pada 1 Juli 2008.
- ^ "cpi 2007 table". Transparency International. 13 Februari 2008. Diakses pada 1 Juli 2008.
- ^ "Human Development Reports: Indonesia". United Nations Development Programme. Diakses pada 1 Juli 2008.
- ^ "Global Competitiveness Index rankings and 2006–2007 comparisons" (PDF). World Economic Forum. Diakses pada 1 Juli 2008.
- ^ Indonesian Central Statistics Bureau (30 Juni 2000). 2000 Population Statistics. Siaran pers. Diakses pada 5 Oktober 2006.
- ^ Calder, Joshua (2006-05-03). "Most Populous Islands". World Island Information. Diakses pada 26 September 2006.
- ^ (16 Mei 2008). "Country Profile 2008: Indonesia" (pdf). Economist Intelligence Unit. Diakses pada 31 Juli 2008.
- ^ Yang, Heriyanto (August 2005). "The History and Legal Position of Confucianism in Post Independence Indonesia" (PDF). Religion 10 (1): 8. Diakses pada 2 Oktober 2006.
- ^ "PENGERAJIN BATIK TAK PERLU RESAH ", Majalah Hukum & HAM Online, 30 September 2007. Diakses pada 14 Agustus 2008.
- ^ Witton, Patrick (2003). Indonesia. Melbourne: Lonely Planet. hlm. hal.103. ISBN 1-74059-154-2.
- ^ Elyas Pical Dapat Penghargaan. Surya, 27 Maret 2009. Diakses pada 10 September 2010.
- ^ Afriatni, Ami. Petinju Chris John Sukses Pertahankan Gelar Juara Dunia. Tempo, 19 Agustus 2007. Diakses pada 10 September 2010.
- ^ "Kampung Tugu, Menyimpan Kenangan Sejarah ", Kompas, Rabu, 28 April 2004. Diakses pada 14 Agustus 2008.
- ^ Radhar Panca Dahana. "Perspektif: Mencuri Klaim, Itu Biasa ", Gatra.Com, Kamis, 6 Desember 2007. Diakses pada 14 Agustus 2008.
- ^ Witton, Patrick (2002). World Food: Indonesia. Melbourne: Lonely Planet. ISBN 1-74059-009-0.
- ^ Brissendon, Rosemary (2003). South East Asian Food. Melbourne: Hardie Grant Books. ISBN 1-74066-013-7.
- ^ http://www.cnngo.com/explorations/eat/40-foods-indonesians-cant-live-without-327106 40 of Indonesia's best dishes. Diakses pada 5 Desember 2011.
- ^ a b Kristianto, JB, "Sepuluh Tahun Terakhir Perfilman Indonesia ", (Kompas), 2 Juli 2005. Diakses pada 5 Oktober 2006.
- ^ Taylor (2003), halaman 299–301
- ^ Vickers (2005) halaman 3 to 7; Friend (2003), halaman 74, 180
- ^ Czermak, Karen. ""Preserving Intangible Cultural Heritage in Indonesia"" (PDF). SIL International. Diakses pada 4 Juli 2007.
- ^ "Internet World Stats". Asia Internet Usage, Population Statistics and Information. Miniwatts Marketing Group. 29 September 2006. Diakses pada 13 Agustus 2007.
- ^ http://www.detiknews.com/read/2009/03/08/144934/1096302/10/pemerintah-siap-dukung-dana-pengembangan-obat-herbal-aids-kanker http://www.detiknews.com/read/2009/03/08/144934/1096302/10/pemerintah-siap-dukung-dana-pengembangan-obat-herbal-aids-kanker
- ^ http://www.presidensby.info/index.php/fokus/2009/03/08/4070.html Dunia Sebut Indonesia Mega Biodiversity
- ^ http://www.cites.org/eng/prog/economics/report_mega_2001.pdf Report on the CITES workshop on mega-biodiversity exporters (with the assistance of the European Commission)
- ^ http://www.sinarharapan.co.id/berita/0712/29/kesra01.html Sulung Prasetyo. Ekologi Indonesia Masuki Masa Genting, Paragraf 1. Sinar Harapan Online. Diakses pada 13 November 2009
- ^ http://www.satudunia.net/?q=content/utang-ekologis-adb-di-indonesia Firdaus Cahyadi Utang Ekologis ADB di Indonesia, Tulisan pernah dimuat di Koran Tempo, 2 Mei 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar