Wayang golek
Wayang Golek adalah suatu seni pertunjukan wayang yang terbuat dari boneka kayu, yang terutama sangat populer di wilayah Tanah Pasundan.
Wayang
Perkembangan
Sejak 1920-an,
selama pertunjukan wayang golek diiringi oleh sinden. Popularitas
sinden pada masa-masa itu sangat tinggi sehingga mengalahkan popularitas
dalang wayang golek itu sendiri, terutama ketika zamannya Upit Sarimanah dan Titim Patimah sekitar tahun 1960-an.
Pola pengadegan wayang golek adalah sebagai berikut; 1) Tatalu,
dalang dan sinden naik panggung, gending jejer/kawit, murwa, nyandra,
suluk/kakawen, dan biantara; 2) Babak unjal, paseban, dan bebegalan; 3)
Nagara sejen; 4) Patepah; 5) Perang gagal; 6) Panakawan/goro-goro; 7)
Perang kembang; 8) Perang raket; dan 9) Tutug.
Salah satu fungsi wayang dalam masyarakat adalah ngaruat, yaitu
membersihkan dari kecelakaan (marabahaya). Beberapa orang yang diruwat
(sukerta), antara lain: 1) Wunggal (anak tunggal); 2) Nanggung Bugang
(seorang adik yang kakaknya meninggal dunia); 3) Suramba (empat orang
putra); 4) Surambi (empat orang putri); 5) Pandawa (lima putra); 6)
Pandawi (lima putri); 7) Talaga Tanggal Kausak (seorang putra dihapit
putri); 8) Samudra hapit sindang (seorang putri dihapit dua orang
putra), dan sebagainya.
Wayang golek saat ini lebih dominan sebagai seni pertunjukan rakyat,
yang memiliki fungsi yang relevan dengan kebutuhan-kebutuhan masyarakat
lingkungannya, baik kebutuhan spiritual maupun material. Hal demikian
dapat kita lihat dari beberapa kegiatan di masyarakat misalnya ketika
ada perayaan, baik hajatan (pesta kenduri) dalam rangka khitanan,
pernikahan dan lain-lain adakalanya diriingi dengan pertunjukan wayang
golek.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar